Sabtu, 31 Maret 2012

Bisnis dan Teknologi
Sektor telekomunikasi seluler merupakan salah satu bidang yang mengalami perkembangan teknologi yang sangat 
cepat. Jika kita perhatikan dengan kehadiran layanan yang ditawarkan oleh operator, lahirnya berbagai layanan baru 
sangatlah cepat. Sementara jika kita lihat kemunculan telepon seluler di pasaran, rata-rata para pemimpin pasar telepon 
seluler (ponsel) mengeluarkan 8-20 tipe ponsel baru setiap tahun.

Artinya, betapa cepatnya inovasi teknologi itu terjadi. Salah satu perkembangan teknologi di dunia seluler adalah teknologi 
messaging (pengiriman pesan) mulai dari SMS (short message service), EMS (enhanced message service), dan yang 
sekarang sedang gencar dipromosikan para pelaku bisnis seluler adalah MMS (multimedia message service). Hadirnya 
teknologi MMS dapat dikatakan sebagai suatu revolusi teknologi messaging karena dari kondisi yang semula hanya dapat 
mengirimkan pesan berupa teks, dan gambar atau nada dering sederhana, sekarang juga dapat digunakan untuk 
mengirim foto, gambar bergerak, maupun nada dering yang lebih kompleks. Hal ini seharusnya direspons dengan 
kreativitas yang lebih tinggi.

Teknologi MMS diharapkan dapat menggantikan posisi SMS nantinya. Namun, sepertinya hal itu akan terwujud pada saat 
tarif MMS sudah murah mendekati tarif SMS, perangkat ponselnya juga sudah terjangkau bagi kalangan menengah 
(berkisar Rp 1,5 juta ), dan inter-operator dapat dilakukan. Kalau total lalu lintas MMS di Indonesia (yang disediakan oleh 
dua operator) berkisar 20.000 MMS per hari, maka sangat diperlukan sekali strategi untuk mendorong pemanfaatan MMS 
ini agar dapat mengimbangi lalu lintas SMS yang lebih dari 15 juta per hari.

Lalu lintas MMS di atas merupakan kondisi saat ini di mana tarif MMS masih gratis sehingga hal itu sangat dimungkinkan 
akan semakin turun saat dikenai tarif. Data yang dilansir Ovum, salah satu perusahaan konsultan dan survei, diperkirakan 
bahwa sekitar tahun 2006 jumlah pengguna SMS dunia akan mulai menurun (dari sekitar 1.000 miliar per tahun), 
sementara pengguna MMS akan naik tajam (berkisar 350 miliar pesan per tahun) pada tahun yang sama. Dan, sekitar 3-4 
tahun kemudian dimungkinkan akan memiliki jumlah yang sama. Namun, apakah hal itu akan terjadi di Indonesia dalam 
kisaran waktu tersebut?

Salah satu strategi yang diusulkan dalam mendorong peningkatan revenue melalui layanan MMS ini adalah dengan 
menghadirkan berbagai aplikasi yang dapat memicu penggunaan MMS sehingga kita akan memiliki justifikasi bahwa 
implementasi MMS ini bukan sekadar untuk menjaga gengsi saja yang pada gilirannya dapat menjadikan kita sebagai 
korban teknologi. Tapi, implementasi teknologi ini memang layak dilakukan karena memang memiliki tuntutan yang tinggi.
Saat ini kita sudah dapat mendapatkan berbagai ponsel ber-MMS dengan kisaran harga Rp 1,5 juta, dan tampaknya 
industri ponsel dan industri yang tergolong teknologi komunikasi dan informasi telah mencapai skala ekonominya 
sehingga biaya yang timbul akan semakin murah seiring dengan perkembangan waktu. Namun anehnya tarif telepon 
tetap terus naik. Dengan demikian, diharapkan tidak lama lagi akan tersedia banyak ponsel MMS yang terjangkau 
masyarakat luas. Hadirnya MMS bersamaan dengan beberapa fasilitas barunya menjadikan kita dapat membuat berbagai 
aplikasi yang lebih menarik.

Ada banyak aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan platform MMS, antara lain aplikasi telemetri. Kalau 
sebelumnya kita hanya mendapatkan informasi berupa teks jika menggunakan SMS sebagai medianya, misalnya data 
temperatur mesin, sekarang dapat juga mendapatkan informasi berupa grafik mengenai perubahan temperatur dalam 
periode tertentu.

MMS juga dapat dimanfaatkan untuk aplikasi monitoring. Salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh perusahaan lokal 
Jaya I-net adalah mengombinasikannya dengan kamera CCTV. Jika kamera tersebut terpasang di rumah, tempat 
penitipan anak, atau jalan raya, dengan menyambungkannya pada sebuah server berupa komputer sederhana, maka 
kapan pun Anda dapat mengetahui informasi keadaan rumah, kondisi anak di tempat penitipan anak, maupun kondisi lalu 
lintas jalan raya yang tidak hanya berupa teks informasi, namun juga gambar atau foto yang akan dikirimkan secara 
otomatis ke ponsel melalui MMS. Dan jika sedang di kantor, kita bisa mengakses server tersebut melalui jaringan Internet.
Saat ini teknologi komunikasi yang juga sedang marak adalah teknologi Wireless Fidelity atau yang sering banyak orang 
kenal sebagai Wireless LAN. Di Indonesia mungkin memang baru mulai berkembang dengan munculnya beberapa lokasi 
akses atau yang sering disebut Hot Spot yang kemudian dipadukan dengan teknologi seluler sebelumnya, yaitu GPRS. 
Dengan demikian, pada area di luar Hot Spot orang akan menggunakan akses GPRS untuk akses Internet mereka, 
namun secara otomatis akan berganti ke koneksi W-LAN begitu memasuki Hot Spot yang menawarkan kecepatan sampai 
512 Kbps.

Pertanyaannya sekarang apakah pembangunan Hot Spot di banyak tempat memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan 
dan dapatkah tawaran berbagai layanan baru tersebut mendorong pertumbuhan profit? Saat ini sudah waktunya bagi kita 
untuk tidak hanya memperhatikan ARPU (average revenue per user) untuk mengetahui kinerja operator, namun lebih tepat 
kalau kita memperhatikan AMPU (average margin per user) karena dimungkinkan bahwa ARPU-nya naik, namun setelah 
dikurangi dengan biaya yang diperlukan untuk menghadirkan layanan tersebut ternyata biayanya lebih besar dibanding 
revenue yang didapat.

Begitu pula sebaliknya, jika ARPU turun apakah sudah pasti perusahaan tersebut rugi? Belum tentu! Karena 
dimungkinkan terjadi akibat meledaknya pengguna kartu prabayar yang kontribusi revenue setiap penggunanya rendah. 
Dan, karena jumlahnya yang banyak, maka akan mempengaruhi hasil rata-ratanya, di mana bilangan pembaginya 
menjadi besar padahal dengan hadirnya teknologi tinggi, biaya implementasi menjadi turun.

Dengan demikian, sekalipun ARPU-nya rendah, namun selama masih lebih besar dibandingkan biaya rata-rata yang 
dibutuhkan, operator tersebut masih akan untung. Oleh karena itu, tujuannya tidak sekadar peningkatan ARPU, misalnya 
dengan cara menghadirkan berbagai layanan baru, tetapi perlu diperhatikan juga apakah biaya implementasi layanan 
tersebut seimbang dengan kenaikan revenue-nya. Tampaknya kehadiran beragam layanan data yang diharapkan dapat 
mendorong peningkatan ARPU, tidak menjamin peningkatan profit mereka.

Karena itu, banyaknya teknologi baru yang hadir memerlukan kecermatan dalam memilih teknologi mana yang dapat 
diserap pasar. Kalau tidak, kita hanya akan tetap menjadi pasar teknologi yang empuk bagai para pemain asing dan 
secara ekonomis kita tidak mendapatkan keuntungan darinya.

Apabila diasumsikan biaya investasi untuk layanan MMS sebesar 1 juta dollar AS, jika tingkat pengembalian modal 
selama 5 tahun dengan tarif Rp 350, maka dibutuhkan trafik setiap harinya sekitar 15.000 MMS. Jadi, agar teknologi ini 
bisa diserap oleh pasar, seharusnya MMS diberikan tarif layaknya SMS dan fokus dilakukan dengan mendorong 
pertumbuhan trafik yang salah satunya melalui aplikasi. Banyaknya jumlah ponsel ber-MMS dengan harga yang terjangkau 
banyak kalangan, khususnya pengguna terbesar SMS/MMS yaitu kelompok muda, maka jumlah 15.000 per hari adalah 
jumlah yang sangat kecil. Dengan demikian, tidak lama lagi MMS akan dapat menggantikan SMS sebagai penghasil 
revenue terbesar bagi operator setelah layanan suara.

Kamis, 29 Maret 2012

Hargai setiap sen Uang kita


   Kebanyakan dari diri kita tidak menyadari hal-hal yang kecil, semua seolah tidak berarti apa-apa untuk kita, karena posting saya kali ini berjudul "Hargai setiap sen Uang  kita", maka yang akan kita bahas disini adalah masalah keuangan kita yang terkadang kita pandang sebelah mata.
   Tanamkan di pikiran kita I love Money, atau dalam bahasa indonesia yang berarti "Aku cinta Uang", namun jangan salah mengartikan hal yang di maksud tersebut dengan arti yang sempit, yang menjadikan kita orang yang kikir dan malas untuk bersedekah, beramal tetap perlu dilakukan agar supaya harta benda kita menjadi berkah.
   Oke,kita langsung saja ke pokok permasalahannya, terkadang kita hanya memandang sebelah mata setiap sen uang kita yang memiliki nilai Nominal rendah, biasanya uang ini di dapatkan dari sisa pembelian, terkadang uang tersebut langsung kita simpan ke dalam kantong celana atau saku, yang jika telah sampai di rumah uang tersebut kita taruh di sembarang tempat dan akhirnya uang tersebut hilang entah kemana, bisa juga kita lupa          keberadaan uang tersebut karena kita tidak menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang penting, coba pikirkan sekali lagi, jika hal tersebut terjadi setiap hari, berapa jumlah uang yang telah kita sia-siakan dalam 1 bulan,1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, dan seterusnya..., apakah bisa di bayangkan jumlahnya yang cukup besar tersebut? saya rasa anda mengerti maksud saya.
    Oleh karena itu Saya mencoba mengingatkan kepada kita semua untuk senantiasa menghargai setiap sen uang yang memiliki nilai nominal rendah tersebut. tips dari saya adalah, buatlah tempat penyimpanan uang tersebut di tempat khusus di rumah, agar uang tersebut tidak hilang dengan sia-sia. sedikit memang tapi besar manfaatnya untuk kita semua, selamat mencoba.
 
Hallo dunia!

Para pecinta bisnis, sekarang saya hadir di internet guna untuk belajar bersama-sama anda dalam dunia Bisnis, tunggu postingan saya selanjutnya.